Selasa, 31 Mei 2016

LUKISAN DAN BIOGRAFI RADEN SALEH


Raden Saleh lahir di Semarang tahun 1807 – meninggal di Bogor pada tahun 1880. Raden Saleh dilahirkan dalam sebuah keluarga Jawa ningrat. Dia adalah cucu dari Sayyid Abdoellah Boestaman dari sisi ibunya. Ayahnya adalah Sayyid Hoesen bin Alwi bin Awal bin Jahja, seorang keturunan Arab.Ibunya bernama Mas Adjeng Zarip Hoesen, tinggal di daerah Terboyo, dekat Semarang. Sejak usia 10 tahun, ia diserahkan pamannya, Bupati Semarang, kepada orang-orang Belanda atasannya di Batavia. Kegemaran menggambar mulai menonjol sewaktu bersekolah di sekolah rakyat (Volks-School). Keramahannya bergaul memudahkannya masuk ke lingkungan orang Belanda dan lembaga-lembaga elite Hindia-Belanda. Seorang kenalannya, Prof. Caspar Reinwardt, pendiri Kebun Raya Bogor sekaligus Direktur Pertanian, Kesenian, dan Ilmu Pengetahuan untuk Jawa dan pulau sekitarnya, menilainya pantas mendapat ikatan dinas di departemennya. Kebetulan di instansi itu ada pelukis keturunan Belgia, A.A.J. Payen yang didatangkan dari Belanda untuk membuat lukisan pemandangan di Pulau Jawa untuk hiasan kantor Departemen van Kolonieen di Belanda. Payen tertarik pada bakat Raden Saleh dan berinisiatif memberikan bimbingan. Payen memang tidak menonjol di kalangan ahli seni lukis di Belanda, namun mantan mahaguru Akademi Senirupa di Doornik, Belanda, ini cukup membantu Raden Saleh mendalami seni lukis Barat dan belajar teknik pembuatannya, misalnya melukis dengan cat minyak. Payen juga mengajak pemuda Saleh dalam perjalanan dinas keliling Jawa mencari model pemandangan untuk lukisan. Ia pun menugaskan Raden Saleh menggambar tipe-tipe orang Indonesia di daerah yang disinggahi. Terkesan dengan bakat luar biasa anak didiknya, Payen mengusulkan agar Raden Saleh bisa belajar ke Belanda. Usul ini didukung oleh Gubernur Jenderal G.A.G.Ph. van der Capellen yang memerintah waktu itu (1819-1826), setelah ia melihat karya Raden Saleh. Tahun 1829, nyaris bersamaan dengan patahnya perlawanan Pangeran Diponegoro oleh Jenderal Hendrik Merkus de Kock, Capellen membiayai Saleh belajar ke Belanda. Namun, keberangkatannya itu menyandang misi lain. Dalam surat seorang pejabat tinggi Belanda untuk Departemen van Kolonieen tertulis, selama perjalanan ke Belanda Raden Saleh bertugas mengajari Inspektur Keuangan Belanda de Linge tentang adat-istiadat dan kebiasaan orang Jawa, Bahasa Jawa, dan Bahasa Melayu. Ini menunjukkan kecakapan lain Raden Saleh. Semasa belajar di Belanda keterampilannya berkembang pesat. Wajar ia dianggap saingan berat sesama pelukis muda Belanda yang sedang belajar. Para pelukis muda itu mulai melukis bunga. Lukisan bunga yang sangat mirip aslinya itu pun diperlihatkan ke Raden Saleh. Terbukti, beberapa kumbang serta kupu-kupu terkecoh untuk hinggap di atasnya. Seketika keluar berbagai kalimat ejekan dan cemooh. Merasa panas dan terhina, diam-diam Raden saleh menyingkir. Ketakmunculannya selama berhari-hari membuat teman-temannya cemas. Muncul praduga, pelukis Indonesia itu berbuat nekad karena putus asa. Segera mereka ke rumahnya dan pintu rumahnya terkunci dari dalam. Pintu pun dibuka paksa dengan didobrak. Tiba-tiba mereka saling jerit. "Mayat Raden Saleh" terkapar di lantai berlumuran darah. Dalam suasana panik Raden Saleh muncul dari balik pintu lain. "Lukisan kalian hanya mengelabui kumbang dan kupu-kupu, tetapi gambar saya bisa menipu manusia", ujarnya tersenyum. Para pelukis muda Belanda itu pun kemudian pergi. Itulah salah satu pengalaman menarik Raden Saleh sebagai cermin kemampuannya. Dua tahun pertama ia pakai untuk memperdalam bahasa Belanda dan belajar teknik mencetak menggunakan batu. Sedangkan soal melukis, selama lima tahun pertama, ia belajar melukis potret dari Cornelis Kruseman dan tema pemandangan dari Andries Schelfhout karena karya mereka memenuhi selera dan mutu rasa seni orang Belanda saat itu. Krusseman adalah pelukis istana yang kerap menerima pesanan pemerintah Belanda dan keluarga kerajaan. Raden Saleh makin mantap memilih seni lukis sebagai jalur hidup. Ia mulai dikenal, malah berkesempatan berpameran di Den Haag dan Amsterdam. Melihat lukisan Raden Saleh, masyarakat Belanda terperangah. Mereka tidak menyangka seorang pelukis muda dari Hindia dapat menguasai teknik dan menangkap watak seni lukis Barat. Saat masa belajar di Belanda usai, Raden Saleh mengajukan permohonan agar boleh tinggal lebih lama untuk belajar "wis-, land-, meet- en werktuigkunde (ilmu pasti, ukur tanah, dan pesawat), selain melukis. Dalam perundingan antara Menteri Jajahan, Raja Willem I (1772-1843), dan pemerintah Hindia Belanda, ia boleh menangguhkan kepulangan ke Indonesia. Tapi beasiswa dari kas pemerintah Belanda dihentikan. Saat pemerintahan Raja Willem II (1792-1849) ia mendapat dukungan serupa. Beberapa tahun kemudian ia dikirim ke luar negeri untuk menambah ilmu, misalnya Dresden, Jerman. Di sini ia tinggal selama lima tahun dengan status tamu kehormatan Kerajaan Jerman, dan diteruskan ke Weimar, Jerman (1843). Ia kembali ke Belanda tahun 1844. Selanjutnya ia menjadi pelukis istana kerajaan Belanda. Wawasan seninya pun makin berkembang seiring kekaguman pada karya tokoh romantisme Ferdinand Victor Eugene Delacroix (1798-1863), pelukis Perancis legendaris. Ia pun terjun ke dunia pelukisan hewan yang dipertemukan dengan sifat agresif manusia. Mulailah pengembaraannya ke banyak tempat, untuk menghayati unsur-unsur dramatika yang ia cari. Saat di Eropa, ia menjadi saksi mata revolusi Februari 1848 di Paris, yang mau tak mau memengaruhi dirinya. Dari Perancis ia bersama pelukis Prancis kenamaan, Horace Vernet, ke Aljazair untuk tinggal selama beberapa bulan pada tahun 1846. Di kawasan inilah lahir ilham untuk melukis kehidupan satwa di padang pasir. Pengamatannya itu membuahkan sejumlah lukisan perkelahian satwa buas dalam bentuk pigura-pigura besar. Negeri lain yang ia kunjungi: Austria dan Italia. Pengembaraan di Eropa berakhir tahun 1851 ketika ia pulang ke Hindia bersama istrinya, wanita Belanda yang kaya raya. Tak banyak catatan sepulangnya di Hindia. Ia dipercaya menjadi konservator pada "Lembaga Kumpulan Koleksi Benda-benda Seni". Beberapa lukisan potret keluarga keraton dan pemandangan menunjukkan ia tetap berkarya. Yang lain, ia bercerai dengan istri terdahulu lalu menikahi gadis keluarga ningrat keturunan Keraton Solo. Di Batavia ia tinggal di rumah di sekitar Cikini. Gedungnya dibangun sendiri menurut teknik sesuai dengan tugasnya sebagai seorang pelukis. Sebagai tanda cinta terhadap alam dan isinya, ia menyerahkan sebagian dari halamannya yang sangat luas pada pengurus kebun binatang. Kini kebun binatang itu menjadi Taman Ismail Marzuki. Sementara rumahnya menjadi Rumah Sakit PGI Cikini, Jakarta. Tahun 1875 ia berangkat lagi ke Eropa bersama istrinya dan baru kembali ke Jawa tahun 1878. Selanjutnya, ia menetap di Bogor sampai wafatnya pada 23 April 1880 siang hari, konon karena diracuni pembantu yang dituduh mencuri lukisannya. Namun dokter membuktikan, ia meninggal karena trombosis atau pembekuan darah. Tertulis pada nisan makamnya di Bondongan, Bogor, "Raden Saleh Djoeroegambar dari Sri Padoeka Kandjeng Radja Wolanda". Kalimat di nisan itulah yang sering melahirkan banyak tafsir yang memancing perdebatan berkepanjangan tentang visi kebangsaan Raden Saleh. Tokoh romantisme Delacroix dinilai memengaruhi karya-karya berikut Raden Saleh yang jelas menampilkan keyakinan romantismenya. Saat romantisme berkembang di Eropa di awal abad 19, Raden Saleh tinggal dan berkarya di Perancis (1844 - 1851). Ciri romantisme muncul dalam lukisan-lukisan Raden Saleh yang mengandung paradoks. Gambaran keagungan sekaligus kekejaman, cerminan harapan (religiusitas) sekaligus ketidakpastian takdir (dalam realitas). Ekspresi yang dirintis pelukis Perancis Gerricault (1791-1824) dan Delacroix ini diungkapkan dalam suasana dramatis yang mencekam, lukisan kecoklatan yang membuang warna abu-abu, dan ketegangan kritis antara hidup dan mati. Lukisan-lukisannya yang dengan jelas menampilkan ekspresi ini adalah bukti Raden Saleh seorang romantisis. Konon, melalui karyanya ia menyindir nafsu manusia yang terus mengusik makhluk lain. Misalnya dengan berburu singa, rusa, banteng, dll. Raden Saleh terkesan tak hanya menyerap pendidikan Barat tetapi juga mencernanya untuk menyikapi realitas di hadapannya. Kesan kuat lainnya adalah Raden Saleh percaya pada idealisme kebebasan dan kemerdekaan, maka ia menentang penindasan. Wajar bila muncul pendapat, meski menjadi pelukis kerajaan Belanda, ia tak sungkan mengkritik politik represif pemerintah Hindia Belanda. Ini diwujudkannya dalam lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro. Meski serupa dengan karya Nicolaas Pieneman, ia memberi interpretasi yang berbeda. Lukisan Pieneman menekankan peristiwa menyerahnya Pangeran Diponegoro yang berdiri dengan wajah letih dan dua tangan terbentang. Hamparan senjata berupa sekumpulan tombak adalah tanda kalah perang. Di latar belakang Jenderal de Kock berdiri berkacak pinggang menunjuk kereta tahanan seolah memerintahkan penahanan Diponegoro. Berbeda dengan versi Raden Saleh, di lukisan yang selesai dibuat tahun 1857 itu pengikutnya tak membawa senjata. Keris di pinggang, ciri khas Diponegoro, pun tak ada. Ini menunjukkan, peristiwa itu terjadi di bulan Ramadhan. Maknanya, Pangeran dan pengikutnya datang dengan niat baik. Namun, perundingan gagal. Diponegoro ditangkap dengan mudah, karena Jenderal de Kock tahu musuhnya tak siap berperang di bulan Ramadhan. Di lukisan itu Pangeran Diponegoro tetap digambarkan berdiri dalam pose siaga yang tegang. Wajahnya yang bergaris keras tampak menahan marah, tangan kirinya yang mengepal menggenggam tasbih. Lukisan tentang peristiwa penangkapan Pangeran Diponegoro oleh Jendral De Cock pada tahun 1830 yang terjadi di rumah kediaman Residen Magelang. Dalam lukisan itu tampak Raden Saleh menggambarkan dirinya sendiri dengan sikap menghormat menyaksikan suasana tragis tersebut bersama-sama pengikut Pangeran Diponegoro yang lain. Jendral De Kock pun kelihatan sangat segan dan menghormat mengantarkan Pangeran Diponegoro menuju kereta yang akan membawa beliau ke tempat pembuangan. Pada saat penangkapan itu, beliau berada di Belanda. Setelah puluhan tahun kemudian kembali ke Indonesia dan mencari informasi mengenai peristiwa tersebut dari kerabat Pangeran Diponegoro. Dari usaha dan karya tersebut, tidaklah terlalu berlebihan bila beliau mendapat predikat sebagai Pahlawan Bangsa. Akhirnya, reputasi karya yang ditunjukkan oleh prestasi artistiknya, membuat Raden Saleh dikenang dengan rasa bangga. Dari beberapa yang masih ada, salah satunya lukisan kepala seekor singa, kini tersimpan dengan baik di Istana Mangkunegaran, Solo. Lukisan ini dulu dibeli seharga 1.500 gulden. Berapa nilainya sekarang mungkin susah-susah gampang menghitungnya. Sekadar perbandingan, salah satu lukisannya yang berukuran besar, Berburu Rusa, tahun 1996 terjual di Balai Lelang Christie's Singapura seharga Rp 5,5 miliar. Tahun 1883, untuk memperingati tiga tahun wafatnya diadakan pameran-pameran lukisannya di Amsterdam, di antaranya yang berjudul Hutan Terbakar, Berburu Kerbau di Jawa, dan Penangkapan Pangeran Diponegoro. Lukisan-lukisan itu dikirimkan antara lain oleh Raja Willem III dan Ernst dari Sachsen-Coburg-Gotha. Memang banyak orang kaya dan pejabat Belanda, Belgia, serta Jerman yang mengagumi pelukis yang semasa di mancanegara tampil unik dengan berpakaian adat ningrat Jawa lengkap dengan blangkon. Di antara mereka adalah bangsawan Sachsen Coburg-Gotha, keluarga Ratu Victoria, dan sejumlah gubernur jenderal seperti Johannes van den Bosch, Jean Chrétien Baud, dan Herman Willem Daendels. Tak sedikit pula yang menganugerahinya tanda penghargaan, yang kemudian selalu ia sematkan di dada. Di antaranya, bintang Ridder der Orde van de Eikenkoon (R.E.K.), Commandeur met de ster der Frans Joseph Orde (C.F.J.), Ksatria Orde Mahkota Prusia (R.K.P.), Ridder van de Witte Valk (R.W.V.), dll. Sedangkan penghargaan dari pemerintah Indonesia diberikan tahun 1969 lewat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, secara anumerta berupa Piagam Anugerah Seni sebagai Perintis Seni Lukis di Indonesia. Wujud perhatian lain adalah, pembangunan ulang makamnya di Bogor yang dilakukan oleh Ir. Silaban atas perintah Presiden Soekarno, sejumlah lukisannya dipakai untuk ilustrasi benda berharga negara, misalnya akhir tahun 1967, PTT mengeluarkan perangko seri Raden Saleh dengan reproduksi dua lukisannya bergambar binatang buas yang sedang berkelahi. Berkat Raden Saleh, Indonesia boleh berbangga melihat karya anak bangsa menerobos museum akbar seperti Rijkmuseum, Amsterdam, Belanda, dan dipamerkan di museum bergengsi Louvre, Paris, Perancis. Sumber: Wikipedia

"A Flood on Java" by Raden Saleh, Year: 1865-1876

Salah satu lukisan karya Raden Saleh berjudul " Berburu (Hunt), 1811-1880" media lukisan cat minyak diatas canvas, dikoleksi oleh Museum Mesdag, Belanda.


"Lion and Tiger Fighting" by Raden Saleh, Year: 1811-1880
"Arab attacked by Lion" by Raden Saleh, Year: 1811 - 1880

"Berburu Singa" by Raden Saleh, Size: 74cm x 115cm, Medium: oil on canvas, Year: 1839

"Fighting with a Lion" by Raden Saleh, Year: 1870

"Forest Fire and fleeing Animals" by Raden Saleh, Year: 1811 - 1880

"Lion and Horse Fighting" by Raden Saleh, Year: 1811 - 1880
"Lion Hunt on Java" by Raden Saleh, Year: 1811 - 1880

"Lion Hunt" by Raden Saleh, Year: 1811 - 1880

"Lion, Horse and Snake" by Raden Saleh, Year: 1811 - 1880

"Nursing Tiger" by Raden Saleh, Year: 1811 - 1880
"Penangkapan Diponegoro I" by Raden Saleh, Medium: Oil on canvas, Size: 77cm x 110cm, Year: 1830

"Penangkapan Diponegoro II" by Raden Saleh, Medium: Oil on canvas, Size: 112cm x 178cm, Year: 1857

"Ship in Storm I" by Raden saleh, Year: 1811 - 1880

"Ship in Storm II" by Raden saleh, Year: 1811 - 1880


"Javanese Landscape, with tiger listening to the sound of a travelling group" by Raden-Saleh, Medium: oil on canvas, Size: 112cm x 156,5cm, Year: 1810 - 1880
*) Auction: Christie's Hongkong

17 Karya Lukisan Basuki Abdullah Paling Populer

Basoeki Abdullah merupakan salah satu maestro pelukis Indonesia. Ia di Surakarta, pada tanggal 25 Januari 1915 dan meninggal 5 November 1993 pada umur 78 tahun. Ia dikenal sebagai pelukis aliran realis dan naturalis. Ia pernah diangkat menjadi pelukis resmi Istana Merdeka Jakarta dan karya-karyanya menghiasi istana negara dan kepresidenan Indonesia, karyanya juga koleksi oleh para kolektor dari berbagai penjuru dunia.
Bakat melukisnya terwarisi dari ayahnya, Abdullah Suriosubroto, yang juga seorang pelukis dan penari. Sejak umur 4 tahun Basuki Abdullah mulai gemar melukis beberapa tokoh terkenal diantaranya Mahatma Gandhi, Rabindranath Tagore, Yesus Kristus dan Krishnamurti.
Basoeki Abdullah terkenal sebagai seorang pelukis potret, terutama melukis wanita-wanita cantik, keluarga kerajaan dan kepala negara yang cenderung mempercantik atau memperindah seseorang ketimbang wajah aslinya. Selain sebagai pelukis potret yang ulung, diapun melukis pemandangan alam, fauna, flora, tema-tema perjuangan, pembangunan dan sebagainya. Berikut beberapa karya lukisan Basuki Abdullah yang paling populer :
1. Dr. Ir. Soekarno (Bung Karno)
Bung Karno
2. Ibu dan Anak
Ibu dan Anak
3. Upacara Pembakaran Jenazah di Bali
Upacara Pembakaran Jenazah di Bali
4. Wanita Spanyol
Wanita Spanyol
5. Nyai Roro Kidul
Nyai Roro Kidul
6. Jaka Tarub
Jaka Tarub
7. Peperangan Antara Gatotkaca dengan Antasena
7. Peperangan Antara Gatutkaca dan Antasena
8. Anak Nakal
Anak Nakal
9. Gatotkaca dengan anak-anak Arjuna, Prigiwa dan Prigiwati

 Gatut kaca dengan anak-anak Arjuna, Prigiwa dan Prigiwati
10. Pengeran Diponegoro
Pengeran Diponegoro
11. Perkelahian Rahwana dan Jatayu
Perkelahian Rahwana dan Jatayu
12. Kakak Adik
Kakak Adik
13. Gadis Bali
Gadis Bali
14. Gadis Arab
Gadis Arab
15. Horses
Horses
16. Puteri Berpakaian Hitam
Puteri Berpakaian Hitam
17. Ngarat-Minangkabau
Ngarat Minangkabau

Media Pembelajaran Interaktif

Media Pembelajaran Interaktif
Definisi Media Pembelajaran Interaktif
          Media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari “Medium” yang berarti “Perantara” atau “Pengantar” yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Menurut wikipedia media pembelajaran interkatif adalah sebuah metoda pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Media pembelajaran interaktif  merupakan media penyampaian pesan antara tenaga pendidik kepada peserta didik yang memungkinkan komunikasi antara manusia dan teknologi melalui sistem dan infrastruktur berupa program aplikasi serta pemanfaatan media elektronik sebagai bagian dari metode edukasinya.
Manfaat dari media pembelajaran interaktif menurut wikipedia, adalah  :
1. Penyampaian materi pembelajaran yang dapat diseragamkan
       Dengan bantuan media pembelajaran, penafsiran yang berbeda antar tenaga pendidik dapat dihindari dan dapat mengurangi terjadinya kesenjangan informasi diantara peserta didik dimanapun berada.
2. Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik
       Media dapat menampilkan informasi melalui suara, gambar, gerakan dan warna, baik secara alami maupun manipulasi, sehingga membantu tenaga pendidik untuk menciptakan suasana belajar menjadi lebih hidup, tidak monoton dan tidak membosankan.
3. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif
       Dengan media akan terjadinya komukasi dua arah secara aktif.
4. Efisiensi dalam waktu dan tenaga
       Dengan media tujuan belajar akan lebih mudah tercapai secara maksimal dengan waktu dan tenaga seminimal mungkin. Tenaga pendidik tidak harus menjelaskan materi ajaran secara berulang-ulang, sebab dengan sekali sajian menggunakan media, peserta didik akan lebih mudah memahami pelajaran.
5. Meningkatkan kualitas hasil belajar peserta didik
       Media pembelajaran dapat membantu peserta didik menyerap materi belajar lebih mandalam dan utuh.
6. Media pembelajaran interaktif
       Proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja. Media pembelajaran dapat dirangsang sedemikian rupa sehingga peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar dengan lebih leluasa dimanapun dan kapanpun tanpa tergantung seorang guru.
7. Media dapat menumbuhkan sikap positif peserta didik terhadap materi dan proses belajar.
       Media dapat membantu peserta didik agar lebih percaya diri terhadap kemampuan akademik dan potensi bakat yang dimiliki.
8. Mengubah peran tenaga pendidik ke arah yang lebih positif dan produktif.
       Tenaga pendidik menjadi tenaga yang kompeten karena mampu memanfaatkan teknologi yang tepat guna.
2.8.2.   Keuntungan Media Pembelajaran
          Media memiliki peranan penting dalam mengarahkan proses pembelajaran dan hasil yang di inginkan dalam pembelajaran. Menurut Munir (2008) , kelebihan dari media pembelajaran secara interaktif, antara lain :
1. Dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam terhadap materi pembelajaran yang sedang dibahas, karena dapat menjelaskan konsep yang sulit atau rumit menjadi mudah atau lebih sederhana
2. Dapat menjelaskan materi pembelajaran atau objek yang abstrak (tidaknyata, tidak dapat dilihat langsung) menjadi konkrit (nyata dapat dilihat, dirasakan, atau diraba), seperti menjelaskan peredaran darah dan organ-organ tubuh manusia pada mata pelajaran Sains.
3. Membantu pengajar menyajikan materi pembelajaran menjadi lebih mudah dan cepat, sehingga peserta didikpun mudah dipahami, lama diingat dan mudah diungkapkan kembali.
4. Menarik dan membangkitkan perhatian, minat, motivasi, aktifitas, dan kreatifitas belajar peserta didik, serta dapat menghibur peserta didik.
 5. Memancing partisipasi peserta didik dalam proses pembelajaran dan memberikan kesan yang mendalam dalam pikiran peserta didik.
 6. Materi pembelajaran yang sudah dipelajari dapat diulang kembali (playback). Misalnya menggunakan rekamana video, compact disk (cakram padat), tape recorderatau televisi.
 7. Dapat membentuk persamaan pendapat dan persepsi yang benar terahadap suatu objek, namun dalam bentuk nyata menggunakan media pembelajaran.
 8. Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, sehingga peserta didik dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan tempat belajarnya, sehingga memberikan pengalaman nyata dan langsung. Misalnya, peserta didik mempelajari tentang jenis-jenis tumbuhan. Mereka langsung melihat, memegang, atau merasakan tumbuhantersebut.
 9. Membentuk sikap peserta didik (aspek afektif), meningkatkan keterampilan (psikomotor).
 10. Peserta didik belajar sesuai dengan karakteristiknya, kebutuhan, minat, dan bakatnya, baik secara individual, kelompok, atau klasikal.
 11. Menghemat waktu, tenaga, dan biaya.

lukisan lukisan karya AFANDI yg super keren


affandi-01.jpg
Affandi, dengan nama lengkap "Affandi Koesoema" ( Lahir di Cirebon, Jawa Barat 1907 – Wafat, 23 Mei 1990 ), merupakan salah satu Pelukis Maestro Legendaris Indonesia yang namanya telah mendunia karena karya-karya lukisan abstraknya yang unik dan berkarakter, dimana gaya lukisanya tersebut belum pernah ada, atau belum pernah diciptakan oleh pelukis sebelumya. 

Gaya aliran Lukisanya merupakan gaya baru dalam aliran lukisan modern khususnya ekspressionism. Karya-karya Lukisanya banyak mendapatkan apresiasi dari para pengamat seni baik dari dalam dan luar negeri, beliau aktif berpameran tunggal di Negara-negara seperti: Inggris, Eropa, Amerika dan India, pada masa Tahun 1950-an.

Affandi merupakan salah satu Pelukis yang paling produktif, dimana beliau telah menciptakan lebih dari 2 ribu lukisan selama hidupnya, karyanya telah tersebar diseluruh pelosok Dunia dan dikoleksi oleh para Kolektor kelas lokal dan Dunia. Gaya aliran Lukisan Affandi adalah Abstrak yang masuk dalam bagian aliran ekspresionism.


Affandi,+kebun+cengkeh,+145cm+X+100cm,+1
Pelukis: Affandi
Tahun karya: 1981
Judul : "Kebun Cengkeh"

Media : Oil on Canvas
Harga: Nego ( hubungi kami untuk penawaran anda )

Sebuah karya seni kelas tinggi dari sang pelukis maestro Affandi, melukiskan sebuah pemandangan alam perkebunan cengkeh, area perkebunan berbukit yang masih alami nampak terlukis apa adanya dari alam, untuk menghidupkan suasana pada lukisan, dihadirkanya figur manusia sebagai obyek pendukung namun adalah inti dari lukisan, yang menunjukan adanya aktifitas kehidupan yang menyatu dengan alam. Ekspresi goresan khas Affandi terlihat unik, yang menjadikan lukisan ini istimewa.

Seperti pada kebanyakan lukisan Affandi yang selalu menempatkan Matahari sebagai bagian dari obyek utama, namun dalam lukisan ini, penempatan matahari nampak unik, seolah sang pelukis mengambil perspektif posisi dibalik matahari, sehingga nampak dalam lukisan matahari tidak di balik bukit, melainkan nampak diatas bukit dan menutupi bukit, keunikan ini mungkin hanya dimiliki oleh Affandi, sebagai cara sudut pandang dia dalam ber ekspresi, dimana kualitas imajinasinya sebagai seorang pelukis maestro ternama.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Affandi,+Ayam+tarung,+91cm+X+136cm,+1979
Pelukis: Affandi
Tahun karya: 1979
Judul : "Ayam tarung"

Media : Oil on Canvas
Harga: Nego ( hubungi kami untuk penawaran anda )
Lukisan bertema ayam tarung merupakan salah satu tema kesukaan Affandi, sehingga beliau membuat beberapa karya lukisan bertema Ayam tarung dalam versi yang berbeda, ada lebih dari 10 versi lukisan ayam tarung karya Affandi, salah satunya adalah lukisan Ayam Tarung berikut ini.
Melukiskan sebuah pertarungan ayam yang sengit, antara Ayam jago berwarna putih ke emasan dan Ayam jago berwarna hitam ke emasan, yang merupakan simbol pertarungan antara kejahatan dan kebenaran, itulah yang terjadi dalam kehidupan, dalam setiap diri manusia, dimana setiap waktu selalu dihadapkan antara dua pilihan baik dan buruk, selalu terjadi pertarungan antara keduanya, adakalanya kebenaran harus tersingkirkan, adakalanya kejahatan harus terhapuskan, namun yang pasti kebenaran akan selalu menang pada akhirnya.

Ayam Tarung atau adu ayam merupakan salah satu tradisi rakyat khusunya jawa yang menjadi hiburan rakyat, dan sekaligus menjadi ajang arena pertaruhan, hanya ayam-ayam kuat terpilih yang masuk dalam arena pertarungan ini, dan ayam terbaik yang akan memenangkan pertarungan sengit ini, untuk menjadi sang Jawara.

Dua ayam dalam lukisan ini adalah ayam-ayam terbaik yang bertarung dengan sengit, hidup dan mati, untuk menentukan siapa yang menjadi Jawara sejati.

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


Affandi,+Perahu+&+Matahari,+92cm+X+137cm
Pelukis : Afandi
Tahun karya: 1971

Media : Oil on Canvas
Harga: Nego ( hubungi kami untuk penawaran anda )
Lukisan “Perahu dan Matahari (Badai pasti berlalu)” memiliki makna dan falsafah kehidupan yang dalam, ada pembelajaran yang tinggi dari Lukisan ini.

Makna lukisan mengisahkan perjuangan manusia mengarungi samudera luas untuk mencapai suatu tempat yang dituju, dan dalam perjalanan tersebut banyak sekali rintangan, mulai dari ombak badai yang kecil hingga besar, namun setelah ombak dan badai berlalu, secercah matahari memberikan sinarnya, membawa mereka hingga suatu tempat tujuan yang mereka inginkan. Dari kisah mereka bisa diambil falsafah kehidupan, dimana mereka berhasil mengarungi samudera luas, karena memiliki sebuah tujuan pasti dan keinginan yang besar untuk meraih apa yang mereka inginkan, mereka gigih berusaha dan tidak pernah menyerah, mereka tidak perduli sebanyak apapun , sebesar apapun badai dan ombak menghadang, mereka menghadapinya, karena ombak dan badai pasti akan berlalu, berganti dengan indahnya sinar matahari, menuju tempat impian mereka.

Begitu juga makna dalam kehidupan, manusia seperti mengarungi sebuah samudera kehidupan, Manusia disimbolkan dengan Perahu, harapan disimbolkan dengan Matahari, Kehidupan disimbolkan dengan lautan Samudera, rintangan, masalah, ujian dalam kehidupan disimbolkan dengan ombak dan badai. Setiap manusia memiliki arah tujuan kehidupanya masing-masing, bahkan memiliki cita-cita atau impianya masing-masing, hanya manusia yang memiiliki arah tujuan hidup yang pasti, gigih berjuang dan tidak pernah menyerah, yang akan bisa sampai pada suatu tempat kehidupan yang mereka tuju, sesuai dengan yang mereka inginkan (sukses), meski badai dan ombak kehidupan datang silih berganti, tidak pernah menyurutkan niat mereka untuk mundur, lari atau bahkan menyerah. Mereka selalu mempunyai cercah harapan diatas harapan yang disimbolkan dalam lukisan sebagai Matahari, mereka mempunyai keyakinan akan apa yang mereka lakukan, bahwa badai dan gelombang dalam perjalanan kehidupan mereka akan berlalu, mereka akan sampai pada suatu tempat kehidupan seperti yang mereka inginkan, dan mereka yakin bahwa impian mereka akan terwujud.

Mereka disebut sebagai pejuang kehidupan, yang menjadi manusia hebat di masa depan, saat mereka sukses melalui ombak dan badai kehidupan, dan bisa membuktikan bahwa mereka bisa, mereka akan menjadi simbol manusia sukses untuk manusia yang lain.
Itulah makna falsafah kehidupan yang dalam, yang dilukiskan oleh sang pelukis maestro legendaris Affandi dalam sebuah karya seni tinggi bergaya abstrak.
Lukisan ini bisa menjadi inspirasi, motivasi dan falsafah bagi anda para kolektor ataupun pecinta karya Lukisan Maestro dalam kehidupan anda. Karena ada makna dan falsafah yang dalam dibalik Lukisan ini, yang ingin disampaikan oleh Sang pelukis maestro.

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Affandi,+Five+Cut+Sunflowers,+120cmX88cm
Pelukis : Afandi
Tahun karya: 1981
Judul : "Sis Cut Sunflowers"
Ukuran : 120cm X 88cm
Media : Oil on Canvas
Harga: Nego ( hubungi kami untuk penawaran anda )

Enam Bunga Matahari yang mekar pada satu pohon bunga matahari, disinari  cahaya matahari terang, dominasi warna kekuningan. Bunga Matahari dimaknai sebagai simbol harapan dan keindahan, sebagaimana matahari yang selalu menyinari kehidupan, dan membuat Dunia penuh warna. Lukisan Bunga matahari menjadi unik dan istimewa dalam gaya lukisan abstrak.

Keindahan bunga matahari telah menarik daya imajinasi para pelukis besar, dan hampir semua pelukis pernah melukis Bunga matahari, termasuk sang pelukis maestro Affandi, bahkan Van Gogh sang pelukis maestro Dunia pun melukis beberapa versi berbeda dengan tema Bunga Matahari.


Affandi,+Barong,+250cm+X+170cm,+Th+1980-
Pelukis : Afandi
Tahun karya: 1980
Media : Oil on Canvas
Harga: Nego ( hubungi kami untuk penawaran anda )

Lukisan bertema "Barong & Leak" termasuk dalam salah satu tema seni budaya yang menginspirasi Affandi dalam menciptakan karya-karya lukisanya, terbukti dengan kesukaanya melukis obyek Barong dan Leak, ada beberapa versi karya lukisanya dengan tema Barong. Barong dan Leak merupakan bagian seni kebudayaan dari Masyarakat Bali, "Barong" dalam filosofi kehidupan sosial masyarakat Bali merupakan simbol kebaikan, dan "Leak" merupakan simbol kejahatan, sehingga antara Barong dan Leak adalah musuh sebagaimana bertolak belakangnya antara kebaikan dan kejahatan.

Seni pertunjukan kebudayaan "Barong & Leak" menjadi pesona tersendiri dari keunikan masyarakat Bali, karena keunikan budaya dan nilai tinggi filosifi kehidupanya, menjadikan "Barong & Leak" salah satu inspirasi istimewa bagi Affandi dalam berkarya menciptakan lukisan-lukisan bergaya abstrak bernilai seni tinggi.



Affandi,+Andong+Jogja,+110cm+X+95cm,+196
Pelukis : Afandi
Tahun karya: 1963
Media : Oil on Canvas
Harga: Nego ( hubungi kami untuk penawaran anda )

Melukiskan aktifitas para delman dengan Andong mereka, lalu lalang melintasi jalan-jalan antar kampung mengantarkan penumpang, barang-barang dagangan dan lainya, nuansa damai pedesaan dalam kehidupan bersahaja, menyentuh Affandi untuk menuangkan inspirasinya diatas canvas dengan gaya lukisan abstrak unik, kombinasi warna mengalir dan berpadu dengan sendirinya diatas canvas, sapuan tangan sebagai pengganti kuas, goresan plototan cat langsung dari tube nya, nampak lukisan abstrak dengan tekstur ekstrem, dan terciptalah lukisan berjudul "Andong jogja" ini.

Andong merupakan sebuah alat transportasi tradisional berbentuk gerobak yang ditarik oleh kuda, hingga saat ini Andong-andong tersebut masih digunakan sebagai alat trasportasi dan wisata bagi masyarakat Jogja, dan Andong sendiri menjadi salah satu ciri khas dari kota Jogjakarta.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Affandi,+Jatayu,+90cm+X+70cm,+1971+-+Rp.
Pelukis : Afandi
Tahun karya: 1971
Media : Oil on Canvas
Harga: Nego ( hubungi kami untuk penawaran anda )

"Jatayu" dalam cerita pewayangan jawa, merupakan nama burung yang setia dalam pengabdian kepada sang tuanya "Ramayana", kehebatan kesetiaan dan pengabdian Jatayu terkenal pada saat pertarunganya melawan Rahwana, dalam menyelamatkan Dewi Shinta (Istri Ramayana) yang akan diculik oleh Rahwana seorang Raja angkara murka, Jatayu rela mengorbankan jiwa raganya demi menyelamatkan Dewi Shinta, hingga akhirnya Jatayu gugur dalam pertarungan melawan Rahwana tersebut.

Cerita dari pengabdian dan kesetiaan burung Jatayu telah menginspirasi Affandi untuk menciptakan sebuah karya lukisan berjudul "Jatayu" dengan gaya abstrak yang memukau, warna-warna berani, sesuai dengan keberanian sang Jatayu hingga titik darah penghabisan. 



-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Affandi,+Kepala+Kuda,+38cm+X+43cm,+Th+19
Pelukis: Affandi
Tahun karya: 1959
Media : Oil on Canvas
Harga: Nego ( hubungi kami untuk penawaran anda )

Nampak nuansa kesedihan dari lukisan bertema "kepala kuda" obyek kuda dilukis close up, seolah Affandi ingin menyampaikan sebuah pesan perenungan, dalam nuansa hening dari keremangan cahaya, terlihat tatapan mata dari kuda yang sayu. 

Dipilihnya kuda sebagai obyek dari karya lukisan ini, menjadikan pertanyaan tersendiri, karena kuda sendiri merupakan simbol kegigihan, semangat dan pantang menyerah, namun kenapa dalam lukisan ini terlihat sosok kuda yang seolah bersedih dan merenung.

Lukisan ini dilukis pada Tahun 1959, dan pada masa tersebut masih merupakan proses peralihan Beliau dari gaya lukisan realism menuju abstrak (ekspresionism), nampak terlihat pada obyek kepala kuda yang masih semi realist, dengan sedikit sentuhan pelototan cat khas

Raden Saleh, "Pangeran Hitam" yang Menaklukkan Eropa

Karyanya menjadi koleksi Ratu Elizabeth II dan dipajang di museum-museum seni dunia. Dialah Raden Saleh, pelukis pertama Indonesia yang merambah Eropa.
Damai baru kembali berjejak di Eropa ketika seorang priyayi Jawa berdarah Arab berlabuh di Amsterdam. Saat itu Napoleon belum lama mati. Pasukannya cerai berai dan wilayah kekuasaannya dibagi-bagikan. Eropa yang lelah berperang, sedang berganti paras buat menyambut era industrialisasi.

Saat semacam itulah Raden Saleh tiba di Eropa. Ia dititahkan penguasa kolonial Belanda untuk belajar seni rupa di Koninklijke Academie van Beeldende Kunsten Den Haag. Kepergiannya dimaksudkan sebagai eksperimen sosial. Buat menjawab apakah seorang pribumi bisa dididik menjadi Europeanen, warga kulit putih Eropa.

Maka selama sepuluh tahun Raden Saleh berkutat di Den Haag. Hingga akhirnya ia mulai berkelana tahun 1839.

Pengembaraannya berakhir sementara di Dresden. "Kota ini punya dua keunggulan," tulisnya kepada Kementrian Kolonial Belanda. "Di sini ada banyak obyek untuk dipelajari. Pertama museum-museum berisikan lukisan, benda dan naskah kuno. Selain itu saya mendapat izin buat bekerja di sana dari Raja dan Pangeran Johann von Sachsen. Keunggulan ketiga adalah pemandangan alamnya."


Künstler Raden Saleh Ausstellung im Lindenau-Museum Pameran lukisan Raden Saleh di Museum Lindenau, Altenburg, Jerman
Dresden pada era Raden Saleh didominasi oleh kaum liberal. Kebebasan mewarnai politik, pendidikan, seni dan budaya. Saat itu belum ada tempat untuk nasionalisme buta yang berkembang di akhir abad ke-18.
Oleh keluarga ningrat Dresden, Serre, Raden Saleh didorong mendalami romantisme dan memadukannya dengan budaya oriental yang ia bawa. "Bait ini untuk mengenang Mayor Serre dan isterinya yang saya sayangi dan hormati seperti orangtua kedua," tulisnya pada 21. Agustus 1840.

Hingga kini jejak Raden Saleh masih terasa di Dresden. Surau yang dibangun buat menghormatinya di sebuah desa di jantung pegunungan Erzgebirge, menjadi situs yang dilindungi dan rajin menjaring wisatawan.

Sementara karya-karyanya tersimpan rapih dalam bentuk koleksi pribadi dan museum-museum seni. Salah satu lukisan Raden Saleh bahkan menjadi koleksi Ratu Elizabeth II dari Inggris. Terakhir, lukisan "Berburu Rusa" yang ia lukis tahun 1846 di Dresden laku dengan harga 5,5 miliar Rupiah.

Maka sosok yang oleh harian Frankfurter Allgemeine Zeitung dijuluki sebagai Der Schwarze Prinz alias Pangeran Hitam itu menjadi wajah pertama Indonesia yang berjejak di Jerman. Untuk menghormatinya, museum Lindenau di Altenburg menggelar pameran khusus karya-karya Raden Saleh bulan September tahun lalu.